Thursday, November 24, 2011

Surat Al-Fatihah


  1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. 1:1)
  2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, (QS. 1:2)
  3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. 1:3)
  4. Yang menguasai hari pembalasan. (QS. 1:4)
  5. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (QS. 1:5)
  6. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (QS. 1:6)
  7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS. 1:7)


Inilah arti/makna dari Surat Al-Fatihah:

Ayat 1: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".
Ayat pertama ini menegaskan pentingnya penyebutan atau tepatnya pengakuan manusia atas kuasa Tuhan, atas keesaan-Nya dan atas segala kebesarann-Nya. Manusia diajarkan dan diharuskan mengakui ke-Maha Pemurah-an Tuhan dan ke-Maha Penyayang-an-Nya. Di sini, pengakuan-pengakuan itu merupakan harga mati atas setiap manusia. Jadi, ayat ini bukan sekedar mengajarkan 'penyebutan' atas [nama] Tuhan, melainkan deklarasi atas kebesaran-Nya, yang pada ayat itu direpresentasikan melalui lafadz  ar-rahman dan ar-rahim.

Ayat 2: "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,"
Setelah manusia mengakui segala kebesaran Tuhan, maka pada ayat kedua ini Tuhan melalui surat Al-Fatihah menasehatkan manusia supaya melakukan pendekatan pribadi kepada-Nya, yaitu dengan cara memuji-Nya. Ini adalah langkah pertama yang harus dilakukan manusia setelah ia menegaskan pengakuan tadi. Sebenarnya, kebesaran Tuhan tidaklah berkurang tanpa pujian manusia dan segenap makhluk, dan kebesaran-Nya pun tidak pula bertambah dengan adanya pujian-pujian itu. Dengan demikian, ayat ini sebenarnya lebih menekankan kepada pengajaran [at-Ta'lim] dan pendidikan [at-Tarbiyah] kepada manusia bagaimana dia berkomunikasi dengan Tuhan yang telah dikenalnya tadi.
Pujian kepada Tuhan bukan tanpa sebab. Ia adalah pujian atas seluruh kenikmatan yang telah diterima manusia. Kenikmatan terbesar dari Tuhan kepada manusia, pada titik ini, adalah kenikmatan berupa pengetahuan manusia atas Tuhannya. Ia bukan kenikmatan dalam arti sempit seperti limpahan rezeki material dan semacamnya. Pada saat seorang hamba membaca ayat ini, sebagaimana disabdakan oleh Nabi SAW, maka Allah SWT mengikutinya dengan ucapan hamida-ni 'abdi, hambaku telah memujiku. Masih menurut Nabi Muhammad SAW, pada saat hamba mengucapkan ayat ini, maka itu berarti hamba tersebut bersyukur kepada Tuhan, sehingga Tuhan pun akan menambahi rezeki.

Ayat 3: "Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."
Pengulangan pujian ini untuk sebuah penegasan. Ar-Rahman bermakna [Tuhan] yang Maha Pemurah, atau Pengasih. Dia mengasihi seluruh makhluk yang ada di dunia, baik yang beriman atau yang bukan. Sedangkan ar-Rahim bermakna mengasihi seluruh orang-orang yang beriman kelak di akhirat.
Pada saat seorang hamba membaca ayat ini, sebagaimana disabdakan oleh Nabi SAW, maka Allah SWT mengikutinya dengan ucapan atsna 'alayya 'abdi, hambaku telah memuji kepadaku.

Ayat 4: "Yang menguasai hari pembalasan."
Pengakuan sekaligus juga pujian, bahwa hanya Tuhanlah yang berkuasa pada hari kiamat. Ini merupakan pujian ketiga berturut-turut, dan begitulah pendidikan dari Tuhan kepada manusia. 
Pada saat seorang hamba membaca ayat ini, sebagaimana disabdakan oleh Nabi SAW, maka Allah SWT mengikutinya dengan ucapan majida-ni 'abdi, hambaku telah memujiku.

Ayat 5: "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan."
Setelah Tuhan mengajarkan manusia untuk melakukan pendekatan dengan memuji-Nya, maka pada ayat kelima ini Tuhan memberikan pendidikan baru : yaitu, setelah manusia melakukan puja dan puji kepada Tuhan, manusia meneguhkan diri dengan melakukan deklarasi untuk secara konsisten menyembah kepada-Nya. 
Pada ayat di atas, Tuhan menggunakan kalimat Iyyaka Na'budu, yang berarti Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan bukan kalimat Na'budu-Ka, yang berarti Kami menyembah kepada-Mu. Pada kalimat pertama secara jelas menegasikan seluruh hal dan hanya menyembah Tuhan, sedangkan kalimat kedua bisa bermakna Kami menyembah kepada-Mu, tapi juga mengagungkan yang lain.

Ayat 6: "Tunjukilah kami jalan yang lurus,"
Pengajaran Tuhan selanjutnya ; manusia tidak bisa berbuat sombong, oleh karenanya ia diajarkan untuk selalu memohon dan meminta, yang dalam hal ini adalah permintaan untuk sebuah kebenaran. Dan hanya kepada Tuhan sajalah manusia itu memohon kebenaran. Makna kebenaran atau jalan yang lurus di sini tentulah tidak sederhana, namun ia disimplifikasi pada ayat berikutnya.

Ayat 7: "(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat".
Kenikmatan Tuhan hanyalah diberikan kepada orang-orang yang Dia kehendaki, dan itu bukanlah kepada orang-orang yang dimurkai dan yang memilih jalan sendiri. Abdullah ibn Abbas menyebutkan bahwa orang-orang yang telah dianugerahi kenikmatan oleh Tuhan, di antaranya, adalah para nabi dan orang-orang yang saleh, orang yang bersih jiwanya.
Pada saat seorang hamba membaca ayat keenam dan ketujuh, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Saw, maka Allah Swt mengikutinya dengan ucapan sama dengan pada ayat kelima hadza bayni wa bayna 'abdi, wa li-'abdi ma sa-ala, ini adalah [urusan] antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku, [kuberikan] apapun yang dia minta.

*Demikianlah sekilas keterangan dari surat al-Fatihah. Semoga bermanfaat. ^_^

    No comments:

    Post a Comment

     

    catatansitomboy