Wednesday, November 30, 2011

Yuk, Belajar Optimis

Optimisme akan membantu Anda merasa lebih bahagia dalam menjalani hidup.

Menjadi seseorang yang optimis, menurut studi, bisa menghantar seseorang merasa lebih bahagia. Ternyata, studi ilmiah mengatakan, optimisme bisa dilatih. Begini yang disarankan O Magazine:

Bermain dengan Interpersonal
Jika Anda tersenyum kepada seseorang, ia akan tersenyum kembali. Jika Anda cemberut atau marah-marah, orang itu juga akan berlaku serupa. Riset menunjukkan bahwa ekspresi wajah dan perasaan yang terkait di dalamnya bisa menular, mungkin karena hal itu berevolusi sebagai bahasa nonverbal di antara manusia. Anda bisa menggunakan efek menular ini dengan cara tersenyum kepada orang lain dan menambahkan optimisme dalam diri Anda sendiri.

Korsleting Pesimisme
Seseorang yang memasang wajah bahagia juga bisa memengaruhi otaknya sendiri dengan cara yang positif. Dalam sebuah studi, subyek yang diminta menahan pulpen pada mulut (pose ini membuat kita membentuk wajah seperti orang tersenyum), merating kartun lebih lucu meski mereka tak menyadari bahwa pose ini yang mendorongnya bereaksi seperti ini. Ada alasan biologis atas efek ini, saat Anda merasa sedih, sel otak mengatakan wajah Anda untuk terlihat sedih, dan otot wajah Anda merespon dengan memasang ekspresi depresi akan mengatakan kembali pada otak, ya saya sedang sedih. Secara sadar mengubah otot wajah menjadi tersenyum saat perasaan sedih ternyata bisa mengubah perasaan, lho.

Optimis Menghadapi Sukses dan Kegagalan
Riset menunjukkan bahwa bukan apa yang terjadi yang menentukan mood, tetapi bagaimana Anda menerangkan apa yang terjadi yang punya pengaruh besar terhadap diri sendiri. Jika seseorang yang optimistis menemukan masalah pada program komputer dan ia tak bisa mengerti apa yang salah, ia akan berpikir, “Entah masalahnya ada pada petunjuk manual, atau memang program ini sulit, atau memang hari ini yang kurang bagus.” Para optimis akan melihat kegagalan di luar dirinya, contoh tadi; “petunjuk manual”, “programnya”, atau “hari yang kurang bagus”. Sementara orang yang pesimistis akan melihat sesuatu dari sisi internal diri, global, dan permanen. Untuk menghadapi kesuksesan, seseorang yang optimis akan melihatnya dengan, “Tentu makan malamnya sukses, saya koki yang bagus,” sementara orang yang pesimis akan melihatnya, “Wah, saya sedang beruntung,” ia secara terang-terangan mengaku kalah dari kesuksesan. Jika Anda mulai bicara kepada diri sendiri dengan cara yang positif baik susah maupun sukses, secara perlahan, Anda akan mulai jadi orang yang optimis, tapi hati-hati terlihat sombong, ya.

Mensabotase Hal Baik
Sangat mudah untuk merasa iri. Membandingkan diri dengan mereka yang memiliki paha ramping atau rekening bank yang membludak hanya akan membuat Anda merasa tidak pernah cukup, selalu kekurangan, dan pesimis. Seberapa buruk keadaan, akan selalu ada orang yang mendapatkan perasaan yang lebih parah. Dalam sebuah studi sederhana, responden dibagi dalam 2 grup. Grup pertama diminta menyelesaikan kalimat, “Seandainya saya …” dan grup lain diminta menyelesaikan kalimat, “Saya bersyukur saya bukan seorang …” Ketika para responden diminta meratifikasi rasa kepuasan dengan hidup mereka sebelum dan sesudah tugas ini, mereka yang mengisi kalimat kedua merasa lebih bahagia ketimbang sebelumnya.

Belajar Mengalihkan Fokus
Orang yang pesimistis tak bisa berhenti mendepresikan fakta atau memikirkan hal-hal yang negatif, tetapi mereka bisa memilih untuk tidak tenggelam di dalamnya. Jika Anda melihat lewat lensa kamera, Anda akan melihat bahwa saat satu hal sedang berada dalam fokus, satu lainnya berada dalam kondisi buram. Ini merupakan sebuah distorsi, memang, tetapi kadang kita butuh distorsi untuk melihat sesuatu dalam perspektif berbeda. Mengarahkan diri ke hal yang lain akan membantu Anda menciptakan sebuah cerita alur hidup yang berbeda, hidup yang membuat Anda mampu mengkontrol emosi dan aksi Anda. Karena para periset menunjukkan bahwa mereka yang merasa memiliki kontrol atas diri cenderung lebih optimistis, lalu mengapa Anda tidak mengambil alih ketika Anda tahu Anda bisa mengubah lensa fokus hidup Anda?

No comments:

Post a Comment

 

catatansitomboy